Shanghai (ANTARA) – Saham Asia tergelincir pada hari perdagangan terakhir dekade ini, menggemakan penurunan di Wall Street, karena investor mengunci keuntungan yang dibuat sejak Amerika Serikat dan China mencapai kesepakatan perdagangan awal awal bulan ini.
Di awal sesi perdagangan Asia, indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,39 persen, kinerja terlemah sejak 4 Desember. Untuk bulan ini, indeks masih naik 5,7 persen.
Indeks telah naik 16 persen tahun ini, perubahan tajam dari penurunan 16,2 persen tahun lalu tetapi tertinggal 23,8 persen year-to-date dalam indeks saham global MSCI.
Saham Australia 1,69 persen lebih rendah dan Hang Seng Hong Kong turun 0,32 persen.
“Kami melihat beberapa aksi ambil untung hingga akhir tahun,” kata Ryan Felsman, ekonom senior di CommSec di Sydney, menambahkan bahwa kemajuan dalam menyelesaikan perang perdagangan AS-China selama 17 bulan tetap menjadi faktor positif bagi investor memasuki tahun baru.
Penasihat perdagangan Gedung Putih pada hari Senin mengatakan kesepakatan perdagangan Fase Satu AS-China kemungkinan akan ditandatangani pada minggu depan, tetapi mengatakan konfirmasi akan datang dari Presiden Donald Trump atau Perwakilan Dagang AS.
“Kami pikir situasi pertumbuhan global membaik, kami melihat keuntungan industri yang lebih baik di China … Tunas hijau di sektor manufaktur di belakang perbaikan situasi perdagangan adalah katalis utama ke depan,” katanya.
Sementara mengurangi kekhawatiran perdagangan dan langkah-langkah menuju resolusi keluarnya Inggris dari Uni Eropa telah membantu mengurangi beberapa ketidakpastian pasar jangka pendek, investor tetap gelisah dengan resesi yang dipandang tak terhindarkan dalam dekade baru.
Data manufaktur China yang positif, yang menunjukkan aktivitas pabrik di China berkembang untuk bulan kedua berturut-turut pada bulan Desember, mendorong indeks CSI300 blue-chip China 0,1 persen lebih tinggi, memperpanjang kenaikan lebih dari 33 persen yang terlihat tahun ini.
Keuntungan moderat China dibangun pada reli Senin, yang didorong oleh kombinasi pertumbuhan penjualan ritel yang kuat dan harapan bahwa patokan baru untuk pinjaman suku bunga mengambang dapat menurunkan biaya pinjaman.
Pasar di Jepang dan Korea Selatan ditutup untuk liburan.